Jumat, 29 Maret 2013
Rabu, 27 Februari 2013
apakabar (?)
apa kabar, hati.
masihkah ramah lembut musim-musimmu tanpaku,
atau jangan-jangan kau sedang menjalin hubungan mesra dengan waktu
lantaran kau tak lagi sendiri selepas pagi meminangmu,
lalu kau lupakan aku (?)
apa kabar, duri.
masihkah kental darah pandanku di bekas lukamu
atau jangan-jangan kau tak peduli lagi
lantaran kau mutilasi hasrat, rindu dan segenap rasa yang menumbuhkan aku di dadamu (?)
Minggu, 23 Desember 2012
#22
Lembar kosong, aku tersesat dalam rumpun kalimat bisu. Seperti dalam rumah pengap, segala pintu dan celahnya tertutup rapat.
Kemarilah. Temani aku dalam gigil yang sangat. Gigil tak kunjung usai menyerupai warna yang tak ada habisnya terangkum kata. Engkau tak salah, begitupun aku benar adanya. Seperti anak-anak musim yang tak pernah tahu kapan titik langi berakhir pada ejaannya. Seperti laskar gerimis berkejaran dengan angin, tak pernah tahu di sudut bumi yang mana gurindam rindu basah dijatuhkan.
Amma ba'du.
Pada malam yang pekat, kita benar-benar gelap. Dan, pada senja yang rona kau tak benar-benar nampak nyata kulihat, abstrak!
Kemarilah. Temani aku dalam gigil yang sangat. Gigil tak kunjung usai menyerupai warna yang tak ada habisnya terangkum kata. Engkau tak salah, begitupun aku benar adanya. Seperti anak-anak musim yang tak pernah tahu kapan titik langi berakhir pada ejaannya. Seperti laskar gerimis berkejaran dengan angin, tak pernah tahu di sudut bumi yang mana gurindam rindu basah dijatuhkan.
Amma ba'du.
Pada malam yang pekat, kita benar-benar gelap. Dan, pada senja yang rona kau tak benar-benar nampak nyata kulihat, abstrak!
Minggu, 25 November 2012
BIRU
Senin, 30 April 2012
[-]
[bait-bait mantra tersisa tak juga menolong nyawa anak-anak darah yang muntah dari cerobong nanah]
Kamis, 09 Februari 2012
i . r . m . a
Terlalu rumit untuk kutarik garis mungil pada belahan dadamu yang menyerupai pita berwarna ungu itu. Engkau begitu indah kunikmati dalam frasa, meski perih kulumat nyata dalam bara. Seperti patahan musim, kau tak pernah nampak ada pada saat aku meminta. Menyiksa?
ya!
ya!
Minggu, 01 Januari 2012
C.E.A
Tubuh gigil menahan nyilu sekuat besi. Satu persatu ditatapnya segala sisi dari sudut-ke sudut ruang yang pengap, darah muncrat, jemari yang basah, juga tangis meletus tepat di pergantian hari; letupan mercon, kembang api dan gemuruh sorak sorai membahana memekik terompet tahun yang baru tiba.
Di sebrang jalan, jasad lunglai lemah tak berdaya. Tak ada pesta istimewa, hanya tangisan kecil dari tempurung mungil yang di jidatnya tertancap beling. Meleleh air mata dari mulut-mulut knalpot yang meraung sekuat tenaga, seperti kesakitan, tertindas, parau suaranya terbelah kacau. Titik lelah menjemput, waktu terlempar jauh dari garis takdir yang ditentukan. Inna lillahi wainna ilaihi rajiun. Mulut terkatup, lendir-lendir nanah menetes dari kedua lubang hidung, seperti cairansperma tak beraroma di otak, cea!
hujan di tanah madura. [awal duaribuduabelas]
Di sebrang jalan, jasad lunglai lemah tak berdaya. Tak ada pesta istimewa, hanya tangisan kecil dari tempurung mungil yang di jidatnya tertancap beling. Meleleh air mata dari mulut-mulut knalpot yang meraung sekuat tenaga, seperti kesakitan, tertindas, parau suaranya terbelah kacau. Titik lelah menjemput, waktu terlempar jauh dari garis takdir yang ditentukan. Inna lillahi wainna ilaihi rajiun. Mulut terkatup, lendir-lendir nanah menetes dari kedua lubang hidung, seperti cairan
hujan di tanah madura. [awal duaribuduabelas]
Jumat, 23 Desember 2011
satu
cermin, batu dan darah. jasad, jiwa dan tanah. wajah-wajah mengelupas dari kanvas. lukisan mengatur jarak dari realitas.
Kamis, 22 Desember 2011
mata kaca
alif - lam - mim
ruh-ruh meretas dari rahim melati. jasad-jasad tegak mengakar di perut bumi. linang kelopak awan menetas di wajah samudera, lalu kembali bersarang di liang lahad. mata kaca, mayat!
Rabu, 21 Desember 2011
Rabu, 26 Oktober 2011
Kamis, 20 Oktober 2011
Rabu, 19 Oktober 2011
maQra'
pada maqra'-maqra' tertentu mestinya kita berhenti, membaca kembali alif-alif tegak berdiri, sejenak menghela nafas, mengendorkan urat nadi.
pada maqra'-maqra' tertentu mestinya kita berhenti, membaca kembali titik-titik yang terlalui, membenarkan letak sudut hati, berempati, mengaji.
pada maqra'-maqra' tertentu mestinya kita berhenti, membaca kembali titik-titik yang terlalui, membenarkan letak sudut hati, berempati, mengaji.
Selasa, 18 Oktober 2011
Senin, 17 Oktober 2011
Minggu, 16 Oktober 2011
cahayabiru
gelap. bangkai malam lelap dalam pelukan perawan.
istirahatl ah malam, nikmati saja mayatmu yang bersimbah darah, dalam jamuan mimpi cahaya biru menari-nari di titik remang.
istirahatl
peta sorga
nak, kemarilah. ayah sedang melukis peta sorga di telapak kaki bundamu. kelak, di titik ini kita akan berjumpa. berbaktilah nak!
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=167932933248299&set=a.101644733210453.708.100000947794312&type=3
lahat
jasad kumal. darah menyala di satu lubang dadanya, di sisi lain sobekan hati bernanah ; menunggu ajal [ia] terkapar, pasrah!
Sabtu, 15 Oktober 2011
Anak Bumi
Tentang awan, hujan dan badai, bunda selalu menceritakan itu.
Pesan beliau hanya satu 'tanam dalam jiwamu makrifah bumi, kelak kau akan mengerti bagaimana bumi memperlakukan kodratnya dalam sunnah semesta. Berdoalah nak!'
Langganan:
Postingan (Atom)